2.2.
Prestasi
Kerja
2.2.1.
Pengertian
Prestasi Kerja
Byars
dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2010:150) mengartikan prestasi sebagai tingkat
kecakapan seseorang pada tugas-tugas yang mencakup pada pekerjaan. Bernadin dan
Russel (1993) dalam Sutrisno (2010:150) memberikan definisi tentang prestasi
adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Prestasi
kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu
pekerjaan (Maier, 1965) dalam Sutrisno (2010:150). Lawler dan Porter (1967)
dalam Sutrisno (2010:150) yang menyatakan bahwa job performance (prestasi kerja) adalah "successful role achievement" yang diperoleh seseorang dari
perbuatan-perbuatannya. Hasibuan (2000) dalam http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=38678
diakses tanggal (30/09/2013), menjelaskan bahwa prestasi
kerja adalah hasil kerja baik kualitas dan kuantitas yang dapat dihasilkan oleh
pegawai tersebut dari uraian pekerjaannya. Efendi (2002) dalam http://elib.unikom.ac.id/download.php? id=38678
diakses tanggal (30/09/2013), mendefinisikan prestasi
kerja sebagai hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang
ditampilkan sesuai dengan peran pegawai dalam organisasi.
Prabu
(2009) dalam Sutrisno (2010:151) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai tersebut.
Hasibuan (2007) dalam Sutrisno (2010:151) menyatakan bahwa prestasi kerja
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepada pegawai yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu.
Dari
definisi-definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja
adalah suatu catatan hasil kerja yang dicapai seseorang sebagai kesuksesan
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu selama kurun waktu tertentu.
2.2.2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Prestasi Kerja
Steers
(1984) dalam Sutrisno (2010:151) mengatakan bahwa pada umumnya orang percaya
bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu
:
1.
Kemampuan,
perangai, dan minat seorang pekerja.
2.
Kejelasan
dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja.
3.
Tingkat
motivasi kerja.
Byars,
et al. (1984) dalam Sutrisno
(2010:151) mengemukakan ada dua faktor yang memengaruhi prestasi kerja, yaitu
faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud
adalah :
1.
Usaha
(effort) yang menunjukkan sejumlah
sinergi fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.
2.
Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas.
3.
Persepsi
tugas, yaitu segala perilaku dan
aktivitas yang dirasa perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjan.
Adapun
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja adalah : kondisi
fisik, peralatan, waktu, material, pendidikan, supervisi, desain organisasi,
pelatihan, dan keberuntungan. Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung
menentukan prestasi kerja seseorang, tetapi mempengaruhi faktor-faktor
individu. McCormick dan Tiffin (1974) dalam Sutrisno (2010:152) mengemukakan
bahwa prestasi kerja merupakan hasil dari gabungan variabel individual dan
variabel fisik, pekerjaan, variabel organisasi dan sosial.
2.2.3.
Dimensi
dan Indikator Prestasi Kerja
Sutrisno
(2010:152) mengatakan pengukuran prestasi kerja diarahkan pada enam aspek yang
merupakan bidang prestasi kunci bagi organisasi, yaitu:
1.
Hasil
kerja.
Tingkat
kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh mana pengawasan
dilakukan.
2.
Pengetahuan
pekerjaan.
Tingkat
pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung
terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja.
3.
Inisiatif.
Tingkat
inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal penanganan
masalah-masalah yang timbul.
4.
Kecekatan
mental.
Tingkat
kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja, dan menyesuaikan dengan
cara kerja serta situasi kerja yang ada.
5.
Sikap.
Tingkat
semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
6.
Disiplin
waktu dan absensi.
Tingkat
ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.
Benardin,
dkk (1993) dalam Sutrisno (2010:153) menyatakan bahwa indikator-indikator
prestasi kerja, yaitu :
1. Kualitas kerja (Quality) yaitu taraf kesempurnaan proses kerja atau pemenuhan
aktivitas kerja yang ideal dan diharapkan.
2. Kuantitas kerja (Quantity) yaitu jumlah yang dihasilkan dalam konteks nilai uang,
jumlah unit, atau jumlah penyelesaian suatu siklus aktivitas.
3. Jangka waktu (Timeliness) yaitu tingkat penyesuaian suatu aktivitas yang
dikerjakan atau suatu hasil dicapai dengan waktu tersingkat yang diharapkan
sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan waktu untuk aktivitas lainnya.
4. Efektifitas biaya (Cost Efectiveness) yaitu tingkat maksimalisasi sumber daya
organisasi untuk memperoleh hasil terbanyak atau menekan kerugian.
Flippo
(2012) dalam Sunyoto (2012:22), prestasi kerja seseorang dapat diukur melalui :
1.
Mutu
kerja, berkaitan dengan ketepatan waktu, keterampilan dan kepribadian dalam
melakukan pekerjaan.
2.
Kualitas
kerja, berkaitan dengan pemberian tugas-tugas tambahan yang diberkan oleh
atasan kepada bawahannya.
3.
Ketangguhan,
berkaitan dengan tingkat kehadiran, pemberian waktu libur, dan jadwal
keterlambatan hadir di tempat kerja.
4.
Sikap,
merupakan sikap yang ada pada pegawai yang menunjukkan seberapa jauh tingkat
kerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.2.4.
Pengertian
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi
atau menilai prestasi kerja pegawai (Handoko, 1995 dalam Sunyoto, 2012:198).
Proses penilaian prestasi ditujukan untuk memahami prestasi kerja seseorang.
Tujuan ini memerlukan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang saling
berkaitan. Kegiatan-kegiatan itu terdiri dari identifikasi, observasi,
pengukuran, dan pengembangan hasil kerja pegawai dalam sebuah organisasi
(Panggabean, 2002 dalam Sutrisno, 2010:153).
2.2.5.
Manfaat
Penilaian Prestasi Kerja
Sunyoto
(2012:199-200) mengatakan bahwa kegunaan penilaian prestasi dapat dirinci
sebagai berikut :
1.
Perbaikan
prestasi kerja
Dalam hal ini umpan balik pelaksanaan
kerja memungkinkan pegawai, manajer, dan departemen personalia dapat
memperbaiki kegiatan-kegiatan para pegawai.
2.
Penyesuaian-penyesuaian
kompensasi
Sebagai bahan pengambilan keputusan
dalam pemberian imbalan penilaian prestasi kerja membantu para pengambil
keputusan untuk menentukan besarnya upah dan gaji yang sepantasnya.
3.
Keputusan-keputusan
penempatan
Prestasi kerja seseorang di masa lalu
merupakan dasar bagi pengambilan keputusan promosi, transfer dan demosi atau
penurunan pangkat.
4.
Kebutuhan-kebutuhan
pelatihan dan pengembangannya
Dengan adanya prestasi kerja yang
rendah berarti memungkinkan untuk diadakan latihan guna mengatasi berbagai
kekurangan dan kelemahan mampu untuk mengembangkan potensi pegawai yang belum
sepenuhnya digali.
5.
Perencanaan
dan pengembangan karir
Untuk menyakinkan umpan balik bagi
seseorang pegawai, maka pegawai harus ditunjang pengembangan diri dan karir
dengan demikian dapat menjamin efektifvitas instansi.
2.2.6.
Sistem
Penilaian Prestasi Kerja
Sunyoto
(2012:200) menyatakan bahwa secara kategori terciptanya suatu sistem penilaian
prestasi kerja yang matang harus memenuhi lima syarat, yaitu :
1.
Hallo effect, maksudnya pengukuran prestasi kerja
pegawai dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau oleh penilaian itu sendiri.
2.
Kesalahan
cenderung terpusat, maksudnya bila penilaian merasa takut memberikan penilaian
sangat jelek atau sangat baik maka selalu dibuat nilai rata-rata pada pegawai.
3.
Biasa
terlalu lunak atau terlalu keras, maksudnya bila penilaian terlalu mudah
memberikan nilai atau terlalu ketat dalam mengevaluasi.
4.
Prasangka
pribadi, maksudnya prasangka pribadi penilaian ikut mempengaruhi suatu
penilaian atau mengubah suatu penilaian.
5.
Pengaruh
kesan terakhir, maksudnya menggunakan prestasi kerja subjektif, penilaian akan
sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan pegawai yang terakhir.
2.2.7.
Metode
Penilaian Prestasi Kerja
Sunyoto
(2012:201) mengatakan bahwa dalam penilaian prestasi kerja ada macam-macam metodenya,
antara lain :
1.
Rating scale.
Penilaian prestasi kerja terhadap
pegawai berdasarkan sifat-sifat dan karakteristik dari macam pekerjaan dan
menentukan parameternya.
2.
Cheklist.
Penilaian yang dilakukan untuk
mengurangi beban dinilai, dengan diminta laporan secara singkat mengenai
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan pegawai.
3.
Field review method.
Penilaian prestasi kerja pegawai untuk
mencapai penilai yang lebih standar. Dalam hal ini wakil ahli dari departemen
personalia turun kelapangan membantu penilai dalam penilaian.
4.
Tes
dan observasi prestasi kerja.
Hal ini dimaksudkan untuk menguji
keterampilan-keterampilan pegawai dan pengetahuan yang perlu dimiliki seorang
pegawai dalam menjalankan tugasnya.
5.
Metode
evaluasi kelompok.
Penilaian prestasi kerja dengan tujuan
untuk mengevaluasi pengetahuan pegawai dan kemampuan-kemampuan pegawai dan
kemampuan-kemampuan pegawai dalam berbagai macam pekerjaan guna pengambilan
keputusan.
share donk daftar pustakanya
BalasHapusizin share ya gan...
BalasHapusgan......siapa yang tau dimana di jual buku SDM oleh danang suyonto
BalasHapusplease di kasih tau yaaa......
urgent
thanks